4 Tips Personal Branding dalam Berburu Beasiswa
Setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun menabung portfolio untuk melamar beasiswa, bagaimana cara mengemas sederet pencapaian tersebut supaya mencerminkan bahwa anda adalah “the one”?
Mungkin dosen, kolega dan sahabat-sahabat kita yang sudah mengenal kita sejak lama sudah mengetahui kualitas yang kita miliki.
Namun, besar kemungkinan yang akan kita hadapi pada saat pencarian beasiswa adalah sekelompok orang yang sama sekali tidak mengenal kita. Bagaimana cara supaya mereka bisa mengetahui bahwa kita bukan kaleng-kaleng, saat kita hanya waktu dan ruang yang sangat terbatas untuk mempresentasikan diri?
Here are 4 things you can do!
1. Do some research. Know your target.
Pertama, tentu teman-teman harus memilki informasi yang lengkap. Hal ini penting karena teman-teman harus mengetahui siapa ‘mereka’ dan apa yang ‘mereka’ inginkan. Hal ini penting supaya kita memiliki target yang jelas dan bisa membangun persona sebagai seseorang yang mereka cari.
Jika pemberi beasiswa mencari seorang peneliti, jadilah ‘peneliti’ di depan mereka.
Jika yang mereka inginkan adalah seorang dengan kepekaan sosial yang tinggi, tunjukkan volunteerism kita sebagai seseorang pengabdi pada masyarakat.
Show your side they want to see.
Hal ini berkaitan langsung dengan poin kedua.
2. Rampingkan portfolio.
Saat pertama kali masuk kuliah, mungkin kita pernah merasa kagum saat melihat deretan prestasi seseorang di dalam sebuah CV sepanjang 7-10 halaman yang berisi segala pencapaian orang tersebut baik di organisasi, kompetisi, maupun pengalaman profesionalnya. Hal ini merupakan hal yang positif, jika pembaca CV tersebut memiliki banyak waktu untuk menelaah dan memahami nilai pemilik CV.
Tapi, dalam konteks melamar beasiswa, berkas pendaftaran kita hanyalah satu diantara ribuan lembar yang masuk kedalam sistem seleksi. Profil kita hanya akan dibaca dalam waktu yang sangat singkat. Maka, rampingkan portfolio kita. Buat sesingkat mungkin tapi padat akan informasi yang dibutuhkan pemberi beasiswa.
Hilangkan bagian yang tidak sesuai dengan kepentingan pemberi beasiswa. Hanya tampilkan pencapaian-pencapaian kita yang memperkuat persona kita sesuai keinginan mereka.
CV saya yang saya pakai untuk mencari supervisor hanya 1,5 halaman berisi : data diri, pengalaman professional terkait, daftar publikasi dan presentasi ilmiah, ditambah beberapa penghargaan akademik. Saya tidak masukkan pengalaman organisasi, pengalaman volunteer atau pengalaman lomba yang tidak terkait dengan hal hal akademik atau mencerminkan pengalaman penelitian.
Beberapa senior saya bahkan memiliki banyak versi CV untuk berbagai fungsi yang berbeda.
Merampingkan portfolio kita berfungsi untuk meningkatkan daya tawar di application form, motivation letter atau interview secara efisien.
3. Bangun online presence.
Selain kepada pemberi beasiswa, seringkali kita perlu untuk berkorespondensi dengan orang-orang yang sebelumnya tidak mengenal kita, baik itu calon supervisor atau calon kolega yang akan kita mintai informasi.
Tidak bisa dipungkiri, akan ada kecenderungan bagi seseorang untuk merasa enggan atau bahkan mengabaikan seseorang yang baru dikenal secara online. Untuk menghindari hal tersebut, bangunlah online presence yang menarik supaya mereka langsung tahu siapa kita dan mengapa kita have to be taken seriously.
Ada berbagai platform untuk mempresentasikan nilai profesional kita, namun salah satu yang paling populer yaitu LinkedIn. Pasang link profil LinkedIn kita sebagai signature di setiap e-mail yang kita kirim, supaya penerima e-mail bisa langsung mengunjungi profil LinkedIn kita.
4. Gunakan bahasa yang formal dan profesional.
Supaya ditanggapi serius, gunakan bahasa yang sopan, lugas dan profesional dalam setiap e-mail dan saat berkomunikasi dengan calon supervisor atau siapapun yang kita hubungi saat mencari beasiswa, baik itu kolega, senior maupun panitia seleksi. Meskipun terkesan sepele, namun berkomunikasi online secara profesional seperti menulis e-mail secara formal perlu dipelajari karena tidak biasa kita pakai dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini penting untuk membangun persona kita sebagai seseorang yang serius dan tahu bagaimana cara menghormati orang lain, baik dalam konteks mencari beasiswa maupun membangun jaringan profesional.
Berdasar pengalaman saya dua tahun lalu, keempat hal sederhana di atas sangat mempermudah usaha saya dalam mempersiapkan diri melamar beasiswa MEXT. Saya bisa mendapat berbagai informasi dan berkomunikasi dengan senior-senior Indonesia di Jepang yang saya pun sampai saat ini belum pernah bertemu langsung.
Selain mendapat supervisor, beberapa hal di atas cukup membantu dalam menyiapkan berkas beasiswa dan menyusun template jawaban untuk mempresentasikan diri saat wawancara.
Now, it’s your turn to show up!
Comments
Post a Comment